Ajaran Sesat



Sejak malam itu, semenjak oleh Para Buddha Bodhisattva dibawa mengarungi svargaloka, mengunjungi Sukhavatiloka ( Mahapadminiloka ), orang-orang menyebut saya ‘Sesat’.

Saya mengetahui kehidupan lampau, Mahapadmakumara Putih dari Mahapadminiloka yang menitis ke dunia, ini semua satya adanya, namun orang yang tidak percaya menjuluki saya ‘kerasukan mara’.
  
Seorang Mahabhiksu mengatai saya : tidak waras.
Seorang Bhiksu Terkenal mengatai saya : bermimpi.
Seorang pelatih diri mengatai saya : omong kosong.

Saya mendirikan Zhenfo Zong, mereka menjuluki saya : ‘Ajaran Sesat’. Singkat kata, semenjak saya memasuki Agama Buddha langsung menanggung berbagai fitnahan dan makian seperti : tersesat, kerasukan mara, ajaran sesat dan lain sebagainya, tiada hentinya barang seharipun, tiada hentinya barang sesaatpun.


 ●

Sebelumnya saya adalah lulusan akademi militer Universitas Pertahanan Nasional Institut Teknologi Chung Cheng jurusan survei.

Seandainya Buddha Bodhisattva tidak membawa saya ke Mahapadminiloka.
Seandainya saya tidak tahu bahwa saya adalah titisan Mahapadmakumara.
Saya hanyalah seorang Insinyur Survei dan Pemetaan.

Seorang pelajar berprestasi dan bermartabat, seorang perwira militer survei dan pemetaan. Mungkin saja mengemban tugas survei dan pemetaan hingga tua, hingga pensiun, menjadi pejabat survei senior.

Menjalani kehidupan dengan biasa-biasa saja hingga ajal. 

  ●

Sayang sekali !

Saat saya mulai memahami kelahiran di dunia ini adalah karena sebuah nidana agung, saya sungguh terkejut, ternyata saya memanggul hetu-phala yang demikian berat.
  
“Dalam setiap kelahiran terus menuntun insan.”

Ternyata saya adalah seorang Buddha Purba, semenjak lama telah mencapai Kebuddhaan, harus datang ke dunia untuk mencari insan yang berafinitas, menekuni bhavana berpulang ke Mahapadminiloka.

Sebelumya, saya mengira bahwa saya hanyalah seorang pejabat survei.
  
Dan yang paling disayangkan adalah :
Para insan tidak selalu dapat mengenali seorang Buddha Purba. Mengira saya adalah : membuat kehebohan untuk mengambil keuntungan, mengarang cerita yang menakjubkan, mendongeng, tidak waras dan bermimpi belaka, pembual dan penipu, ajaran sesat kerasukan mara, orang paling konyol, menipu harta, menjijikan dan lain sebagainya . . .
  
Singkat kata, seberapa parah makian terhadap Lu Sheng-yen, maka separah itulah dia.

Namun, Anda semua dapat merenungkan :

Dalam separuh sisa hidupnya, Lu Sheng-yen didera demikian banyak fitnahan, hingga saat ini tiada satupun yang merupakan kenyataan, semua adalah karangan orang lain untuk mencelakai.

Dapat diketahui :
Betapa hebatnya dunia yang diliputi oleh panca-kasaya, panca-kasaya ( lima kekeruhan ) antara lain : kalpa-kasaya ( kemerosotan kalpa ), drsti-kasaya ( kemerosotan pandangan ), klesa-kasaya ( kekeruhan kerisauan batin ), sattva-kasaya ( kemerosotan insan ) dan ayu-kasaya ( kemerosotan usia ).  

Dahsyatnya gelombang dunia fana hampir saja menenggelamkan saya.
Bagaimana mungkin insan awam mengetahui bahwa saya adalah seorang bhiksu jujur.

  ●

Orang-orang mengatai saya : ‘Ajaran Sesat’, namun tidak mengetahui di mana letak kesesatannya ?

Saya menanggung julukan ‘Ajaran Sesat’, namun hanya saya yang benar-benar memahami apa itu kebenaran dan kesesatan !
  
Kesesatan dibagi menjadi lima :

1. Kesesatan Fenomena : Melekat pada ilusi, menyangkanya sebagai nyata, belum mencapai ujung tapi menyangkanya sebagai ujung, belum mencapai Kebuddhaan, belum merealisasi pandangan samata-ekarasa, semua ini tergolong melekat pada kesesatan.
2. Kesesatan Dalam Hal Waktu : Melekat pada pandangan bahwa diri sendiri adalah insan awam, tidak yakin bahwa diri sendiri dapat mencapai Kebuddhaan, melekat pada pandangan bahwa Buddha sangat jauh, bagaimana mungkin Lu Sheng-yen adalah Buddha. Tidak menyadari bahwa saat Tersadarkan berarti adalah Buddha, ini semua akibat kemelekatan pada waktu, ini juga merupakan kesesatan.
3. Kesesatan Sifat : Mengira bahwa manusia tidak dapat menjadi Buddha, mengira bahwa sifat manusia hakikatnya jahat, dikendalikan hawa nafsu, senantiasa melakukan kejahatan, menciptakan berbagai karma buruk. Orang semacam ini tidak memahami bahwa setiap insan mempunyai substansi Kebuddhaan Pancajnana, tidak menyadari bahwa semua makhluk memiliki Buddhata, semua insan dapat menjadi Buddha, pendapat bahwa manusia tidak dapat menjadi Buddha merupakan kesesatan.
4. Kesesatan Karena Mengejar Keluar : Mempelajari Buddhisme namun tidak menyadari bahwa Semua Tathagata mencapai realisasi dari pelatihan batin sendiri, bahwa Kebuddhaan telah ada dalam batin sendiri, tidak perlu mengejar keluar. Gemar mengejar yang diluar, ilmu-ilmu eksternal, hanya tahu memohon pada dewata dan Buddha, ini merupakan tindakan kesesatan Non Dharma.
5. Kesesatan Kebijaksanaan : Insan awam mengira bahwa yang terutama adalah terpelajar, kefasihan bicara dan kepandaian duniawi merupakan kebijaksanaan sejati umat manusia. Sesungguhnya Prajna Anuttara yang sejati adalah Pancajnana Tathagata, yaitu : Samatajnana, Pratyaveksanajnana, Krtyanusthanajnana, Adarsajnana dan Dharmadhatusvabhavajnana. Keliru mengira bahwa kebijaksanaan duniawi adalah yang utama, inilah Kesesatan kebijaksanaan.

  ●

Seorang Buddha sejati, tiba di dunia fana, umat manusia tidak selalu dapat memahami bahwa Dia adalah Buddha, mungkin Ia bahkan dicaci dan dimaki hingga akhir hidupnya, namun saat umat manusia telah menyadarinya, Buddha telah Parinirvana.
  
Semasa hidupnya, Sakyamuni Buddha telah didera berbagai fitnahan.
Semasa hidupnya, Yesus Kristus dihina habis-habisan, bahkan disalibkan.
Semasa hidup mereka, semua dikatai sebagai ajaran sesat.
Saat mereka Parinirvana, barulah muncul pengakuan sebagai ajaran kebenaran.

Buddha hadir di dunia, namun sayang sekali umat manusia tidak mengenalinya.