Tanda Yukta Dalam Sadhana






Dalam Susiddhikara Sutra dikatakan : “Jarang merasa lapar dan haus, jarang sakit, Prajna bangkit, bertambah pancaran wibawa dan kokoh, memperoleh mimpi baik, mimpi sering menjadi kenyataan, semakin bersukacita dalam bersadhana, jarang kelelahan, tubuh memancarkan keharuman, gemar memupuk pahala kebajikan, sangat berdevosi pada yidam, ini semua merupakan tanda-tanda yukta dalam sadhana.”

Berikut penjelasan saya untuk kutipan sutra tersebut :

Jarang lapar dan jarang haus : Tidak makan dan minum secara berlebihan, cukup nutrisi, kuantitas tidak berlebihan.

Jarang sakit : Tidak sakit sakitan, vitalitas penuh.

Prajna bangkit : Muncul Prajna yang unggul.

Bertambah pancaran wibawa dan kokoh : Tubuh bercahaya, sradha kokoh, memiliki daya tarik luas.

Memperoleh mimpi baik, mimpi sering menjadi kenyataan : Semua mimpinya baik dan bajik, segala yang dijumpai dalam mimpi pasti menjadi kenyataan, memperoleh kesadaran mimpi.

Semakin bersukacita dalam bersadhana : Gemar bersadhana dan menjapa mantra.

Jarang kelelahan : Vitalitas, prana dan kesadaran bergelora, memiliki ketekunan yang istimewa.

Tubuh memancarkan keharuman : Terdapat keharuman alami yang terpancar alami dari tubuhnya.

Gemar memupuk pahala kebajikan : Gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang lain.

Sangat berdevosi pada yidam : Setiap saat mengenang yidam, menghormati yidam.

Semua tanda yukta yang disebutkan di atas dapat dikatakan merupakan tanda-tanda eksternal pada seorang sadhaka tantra sejati. Sedangkan tanda-tanda internalnya adalah segala keserakahan, kebencian, kegelapan batin, keraguan dan kesombongan, serta segala noda kejahatan telah sirna, sadhaka tantra ini memiliki Catur-apramana-citta yang sangat luas dan setara terhadap semua makhluk, yidam telah hadir, dirinya sendiri sudah merupakan yidam.

     
 
  ●

Sebaliknya, apabila seorang sadhaka tantra setelah beberapa saat menekuni sadhana, makin bersadhana makin tidak yakin, semakin malas dan ingin menghindar, bahkan telah menghentikan sadhana, suka merasa lapar – haus dan risau, penuh kekuatiran, terobsesi pada harta dan bisnis, tidak menghormati Mulacarya, tidak suka bersadhana, semakin gemar membicarakan hal tidak bermanfaat, melakukan ketidakbajikan, menghalangi orang lain yang hendak bersadhana maupun hendak meyakini Buddha, bermimpi buruk, dibelenggu oleh mara, tubuh dijerat sakit penyakit dan lain sebagainya, ini semua merupakan tanda-tanda belum mencapai yukta.
  
Dalam hal ini berikut penjelasan saya :

Orang yang tidak memiliki keyakinan penuh, tentu saja akan sangat sukar beryukta. Ajaran Tantra merupakan Kebenaran Semesta, saat keyakinan Anda tidak cukup, bagaimana mungkin bisa melebur dalam Kebenaran Semesta.

Orang yang malas dan ingin menghindari, juga sangat sukar beryukta.

Obsesi pada harta dan bisnis memang sukar dipungkiri bagi manusia jaman sekarang, namun hendaknya setiap hari memiliki waktu tetap untuk bersadhana penuh konsentrasi, apabila hanya memikirkan uang, makin meremehkan sadhana, semakin lama semakin menjadi orang awam, semakin jauh dari yukta.
  
Makin terjerumus, makin banyak kegalauan dan kerisauan, ini merupakan tanda-tanda tidak punya kebijaksanaan.

Tidak menghormati Mulacarya, berarti kehilangan daya adhistana silsilah.

Gemar membahas hal-hal tidak bermanfaat, merupakan ketidakmurnian ucapan.

Melakukan hal yang tidak baik, perilakunya makin menyimpang, makin gemar melakukan perbuatan jahat.

Merintangi orang lain yang hendak bersadhana dan meyakini Buddha, bukannya menuntun insan malah merintangi insan.

Bermimpi buruk, semua mimpinya bukan mimpi yang baik.

Dibelenggu mara, ini lebih parah lagi, seorang sadhaka yang dibelenggu mara, segala yang dilakukannya pasti akan menjadi aktivitas mara.

Apabila mara telah membelenggu diri sadhaka, tidak hanya tidak melatih diri, malahan menjadi perilaku yang berlawanan dengan pelatihan diri, perilakunya tidak akan jauh dari :

1. Memperdayai dan tidak menghormati Guru.
2. Menjelek-jelekkan dan meremehkan Mulacarya. ( Mencari-cari kekurangan Acarya )
3. Menggunakan pandangan pribadi untuk mendebat Satya Dharma.
4. Perilakunya menghina Guru dan Buddha.
5. Atas kerelaan sendiri jatuh ke Neraka Vajra.
6. Menghina Dharma.
7. Menggunakan perilaku yang paling rendah untuk mencelakai sadhaka sejati, baru puas setelah tujuannya untuk menghancurkan tercapai.
  
  ●

Saya ( Buddha Hidup Lian-sheng, Sheng-yen Lu ) apa adanya memberitahu Anda semua :

Seorang sadhaka tantra yang sejati setiap saat harus mampu melaksanakan :

1. Dalam tiga waktu menghaturkan pujana, sembah sujud dan mengenang Mulacarya dan Yidam.
2. Bertobat.
3. Membangkitkan ikrar agung.
4. Melafal Sutra Raja Agung, Sutra Satyabuddha.
5. Membuat mandala.
6. Bervisualisasi, menjapa mantra dan memasuki samadhi.

Apabila sungguh terlampau sibuk, sehingga tidak dapat memperoleh tiga waktu ( matahari terbit, tengah hari dan matahari terbenam ), paling tidak sehari satu kali sadhana, sedangkan di dua waktu sisanya boleh menjapa mantra yidam 21 kali.
  
Apabila seorang sadhaka tantra memperoleh tanda-tanda yukta, tentu saja paling baik demikian. Namun apabila belum memperoleh tanda-tanda yukta, maka harus lebih tekun, lebih virya, sadarilah bahwa itu semua dikarenakan rintangan karma diri sendiri yang terlampau berat, hendaknya setiap saat bertobat, menekuni Sadhana Pertobatan, begitu rintangan karma tersingkirkan, sudah pasti akan beryukta.
    
Sikap seorang sadhaka tantra terhadap Mulacarya seharusnya :
Meneladani sisi baik dari Guru, ini merupakan jalan menuju peningkatan. Namun apabila mulai mencari-cari kekurangan Guru untuk menggunjing, berarti ini tanda-tanda keterjerumusan. Yang meningkat akan memperoleh keberhasilan, sedangkan yang terjerumus dibelenggu oleh mara. ( Amalkan 50 Syair Pengabdian Pada Guru )