Pemfitnah Yang Bersarana

Dalam artikel singkat ini, menampilkan dua pucuk surat !

Yang saya hormati Acarya Lu :

Terlebih dahulu siswa memperkenalkan diri kepada Acarya, nama saya Yang can-hong, laki-laki, lahir pada tahun 37 bulan 8 lunar, berpembawaan tenang dan mandiri.

Telah bersarana pada aliran eksoterik pada bulan 10 tahun 73 Min-guo, kemudian pada bulan 1 tahun 74 berguru pada Upasaka Geng-yun untuk belajar Zen. Saat mendalami eksoterik, telah membaca ratusan buku Agama Buddha dari yang dangkal sampai mendalam, seperti samjna, upadana, samsrita, samdarsana, adhigama dan pramana, namun semua sebatas menggunakan nama rupa (istilah-istilah) dalam Buddhisme sehingga terasa membingungkan dan bertele-tele, sampai saat ini masih terasa hampa.

Apa itu bhavana ? Bagaimanakah cara melakukan bhavana ? ini semua belakangan telah terjawab melalui petunjuk Dharma dari guru saat itu, sehingga diri sendiri memiliki arah , juga memadukannya dengan pandangan benar madhyamika. Namun sungguh disesalkan meskipun telah menekuni bhavana selama setengah tahun , merasa batin dan prana belum dapat selaras, sukar untuk mengendalikan batin dan sukar memperoleh samadhi, saya menjadi semakin kurus, dan merasa sangat takut melenceng dalam meditasi memasuki kondisi seperti kayu kering.

Meskipun Zen dan Tantra sama - sama unggul, semuanya merupakan Satya-dharma tertinggi, namun menurut saya hanya menekuni Zen akan kekurangan adhistana Buddha, hanya bertekun dalam usaha pencerahan, samadhi dan ketenangan. Tidak melekati atribut, tidak mengulas mengenai prana dan nadi. Memegang penekunan metode asamskrta citta-pariksa. Ini semua tidak akan mampu direalisasi oleh insan yang berakar rendah, sedangkan Dharma Agung yang diajarkan Acarya sungguh menakjubkan, diajarkan sesuai dengan akar pembawaan masing-masing, menuntun yang berakar rendah, sedang dan tinggi, supaya mereka semua dapat mencapai realisasi, ini sungguh luar biasa, sungguh langka.

Membaca buku karya Acarya, sungguh penuh semangat, batin ini bermandikan di samudera Prajna tanpa batas, ternyata Buddha-jnana sungguh mendalam dan tak terhingga. Justru menyadari bahwa di dalam Tantra terdapat Zen ! Anuttara-tantra, Maha-mudra, Maha-paripurna. Metode Dhyana Penembusan dari Acarya, semua merupakan Sarva-buddha-hrdya-mudra-abhipraya, sebuah metode agung untuk memahami batin dan merealisasi Buddhatta. Siswa menyadari kurang sumber daya dan berkarma berat, oleh karena itu memohon adhistana dari Acarya, memohon transmisi metode agung, membimbing siswa dalam bhavana sampai terealisasinya Kebuddhaan.

Teringat 15 tahun lalu, di rumah teman secara kebetulan membaca sebuah buku pembinaan roh, saya hanya membaca 2 sampai 3 bab kemudian meletakkannya. Kemudian mengatai : "Pengarangnya gemar berkisah mengenai dewa dan hantu, membesar besarkannya pada khalayak, pasti termasuk golongan penipu." coba Anda lihat, demikianlah jika belum berjodoh. Dimasa muda saya lebih emosional, saya merasa bahwa orang waras tidak akan membahas mengenai dewa-dewa, dan seorang Buddhist tidak akan membahas masalah iddhi. Demikianlah saya melawan apa yang Anda tuturkan.

Awal tahun ini, saya kembali mendengar orang mengatakan bahwa Acarya Lu mampu menangkap setan dan siluman, saya tidak percaya, saya kembali mengatai : "Orang ini pasti kelahiran kembali dari Asura, di dunia ini terlampau banyak pemimpin penjelmaan mara." Dikarenakan saya suka menganggap diri sendiri memiliki hati paling suci, maka saya kategorikan semua yang mengganggu pikiran saya adalah mara, dan saya tidak akan banyak membahasnya.

Pada suatu hari, saya katak dalam tempurung ini melihat-lihat di toko buku. Ya Tuhan ! Ternyata Lu Sheng-yan telah menerbitkan demikian banyak buku, dia ini Buddha ? atau mara ? namun ini semua pasti ada nidananya. Saya memilih buku "Kompilasi Karya Lu Sheng-yan." untuk dibaca dengan lebih seksama. Dikarenakan harganya murah, satu buku hanya 20 dolar. Setelah saya membacanya dengan seksama di rumah , timbul rasa penyesalan di hati , dan saya menyadari kesalahan saya selama ini.

Tanpa memahami orang dan permasalahannya dengan seksama, namun saya langsung melontarkan fitnahan, mengkritik orang lain, apa lagi ini merupakan fitnahan terhadap seorang tercerahkan yang benar-benar menekuni bhavana dan menyebarluaskan Satya Dharma, sungguh sebuah pelanggaran berat bagaikan memfitnah Sang Buddha sendiri. Saat itu juga saya bersujud di hadapan Buddha untuk bertobat, memohon supaya Buddha dan Para Dewata mengampuni. Saat ini saya memohon pertobatan dihadapan Acarya, dan berharap supaya insan yang diliputi kegelapan batin segera melakukan instrospeksi diri dan bersarana pada Tri-ratna.

Setelah itu semua, saya memesan 5 Majalah Lian-bang , 5 Majalah Ling-xian Zhen-fo, untuk lebih mendalami isinya, untuk memastikan apakah itu semua merupakan bhavana berdasarkan Buddha Dharma ! Saya merasa isinya sangat baik, semua menuntun insan untuk memahami pandangan benar, merupakan Majalah Buddhist yang menyebarluaskan Satya Dharma. Dengan demikian , buku karya Acarya Lu sungguh patut dibaca, dan Dharma yang disampaikan-Nya patut untuk ditekuni. Kemudian saya memesan lagi 7 majalah terbitan terakhir untuk dipelajari lebih lanjut, bagaikan memasuki Gunung Manikam, memasuki Buddha-jnana, sungguh memperoleh pandangan benar , sungguh membuat orang memuji , dan timbul rasa hormat, bertekad menekuni Dharma Agung.

Guru Yang Tercerahkan telah muncul dihadapan,
Guru mulia yang sukar dijumpai ribuan tahun sekalipun,
Siswa menyadari afinitas telah terpenuhi,
Bagaimana mungkin menyia-nyiakannya.

Melampirkan foto yang terbaru ( siswa yang mengenakan jubah Hai-qing ) , serta menghaturkan sedikit pujana , memohon Acarya menganugerahkan adhistana dan abhiseka, mentransmisikan Maha-sadhana, demikianlah permohonan siswa.

Sarva-mangala-paripurna

Namaskara siswa yang baru memasuki Ling-xian Zhen-fo zong,
Yang Can-hong
30 Mei 1985


- Surat Kedua -

Yang saya hormati Bodhisattva Acarya Lian-sheng :

Tujuan satu-satunya dari Buddha Dharma adalah menuntun insan terbebas dari kesesatan, supaya tercerahkan, dan seorang umat Buddha hendaknya menelaah segala ajaran yang diperoleh, perlu untuk menggunakan Mata Dharma.

Sejak muda saya telah menyadari kehidupan manusia tidaklah kekal, pada awalnya saya menekuni Buddhisme Theravada, pada tahun 1966 saya belajar meditasi pada Bhiksu Shan-tuo-tou di Thailand, kemudian saya mengikuti jejaknya untuk menerima upasampada, saya menyadari tujuan menjalani kebhikkuan adalah : "Buddha Dharma merupakan Darsana-bhumi yang melampaui segalanya."

Di tahun Min-guo 64, saya mengunjungi berbagai negara, saat berada di Taiwan, menetap disebuah vihara, ada banyak bhiksu yang mencaci Anda, semua mengatakan Anda adalah mara, saat itu saya juga ikut-ikutan mencaci, padahal saat itu saya sama sekali belum pernah membaca buku Acarya, hanya mengikuti ucapan orang lain belaka, sembarang menerima gosip, timbul rasa diskriminasi, tidak senang pada iddhi yang Anda tampilkan, timbul sedikit rasa dengki di hati ini, oleh karena itulah saya ikut-ikutan mencaci Anda.

Kemudian saya berkelana di berbagai penjuru, di Prancis saya sempat mendirikan sebuah vihara, di India dan Nepal sendiri saya juga sempat belajar Tantra, saya melakukan pembinaan diri dengan sungguh-sungguh, sampai saya menyadari "Seorang Arya tidak sepatutnya mabuk akan sanjungan." juga " Tidak seharusnya risau dengan segala macam fitnahan."

Tahun 1985 saya berada di Melbourne Australia, melihat buku terbitan karya Anda, saya membelinya beberapa, membacanya dengan seksama, dan saya memperoleh banyak kebijaksanaan, saya menyadari bahwa semua yang saya peroleh dari berkelana di berbagai penjuru sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan isi beberapa buku Anda, saat itu juga saya merasa sangat takjub.

Pemikiran Acarya akan "Sarva-dharma Anattman." dan realisasi pandangan Tiada melekat serta melihat segalanya dengan sebagaimana mestinya, semua ini sungguh sukar diperoleh, apalagi "Tiada lahir dan tiada mati." pandangan nan Maha-paripurna, serta prinsip "Setara tiada dualimse." menuntun semua bahkan termasuk yang membunuh dan memfitnah Guru, ini sungguh kondisi spiritual yang tidak mampu direalisasi oleh Acarya biasa.

Saya sungguh menyesali ketidak tahuan saya yang lampau, dikarenakan kegelapan batin saya telah memfitnah Suciwan, saat ini juga melalui surat singkat ini saya memohon pertobatan dihadapan Hyang Arya.

Saya mengharap semoga Acarya berkenan menggoreskan pena, untuk menyalurkan Buddha Dharma yang paling sempurna, demi kedamaian dunia, memberi manfaat pada masyarakat, dan menuntun para insan merealisasi Anuttara-nirvana.

Segala yang telah saya lakukan dimasa lampau, saat ini saya bertobat, memohon Acarya memberikan adhistana, menerima saya sebagai salah satu siswa Zhenfo zong ! Sarana saya ini , menyingkirkan atribut ego , demi merealisasi Nirvana.

XX Bhiksu menghaturkan namaskara.
24 Juni 1985

Setelah membaca dua pucuk surat yang berisi pertobatan dan permohonan sarana ini, apa kesan saya ? Apa ?
Sesungguhnya saya juga tidak merasa sangat gembira, sebab yang memang seharusnya datang , pasti akan datang, dan yang seharusnya pergi, pasti akan pergi, batin saya senantiasa sejuk, dan hanya bertujuan menuliskan Dharma Nan Luhur, surat permohonan pertobatan semacam ini banyaknya bagaikan hamparan salju, sepucuk demi sepucuk terbang kemari bagaikan hujan Dharma yang tercurah.

Kutuliskan sebuah gatha !

Buku-Ku sungguh berbeda,
Mengandung Mata Dharma memandang Para Dewa dan Naga.
Saat tiba saat berjumpa pasti tercerahkan,
Mengikuti Acarya menjunjung Dharma.
Sejak lampau sampai saat ini mengemban aktivitas Tathagata,
Khusus membabarkan Dharma Tantra menuntun para insan ;
Ajaran Agung Satyagama, tiada kemelekatan ego dan orang lain,
Tercurah dengan leluasa di Sepuluh Penjuru Angkasa.

Tidak ada komentar: